Bumi Bulat Bola Berdasarkan Alquran

Salah satu dinamika dunia internet adalah munculnya ‘paham‘ atau teori “Bumi Datar” (Flat Earth, flatearth)Kepercayaan “Bumi Datar” ini memperoleh popularitas dengan pernyataan bahwa semua yang kita pelajari di sekolah-sekolah bahwa bentuk bumi adalah bulat hanyalah buah dari konspirasi dan bertentangan dengan logika penglihatan. Sebagian dari penganut faham bumi datar ini juga mengacu kepada Al Qur’an yang menurut mereka juga menyatakan bahwa bentuk bumi adalah datar (flat earth).

Foto bumi dari luar angkasa,
dari stasiun ruang angkasa
ISS memperlihatkan bentuk muka bumi yang bulat. 

Allah menjadikan Bumi sebagai Hamparan

Benar, ada beberapa ayat al Qur’an yang menyatakan bahwa Allah menjadikan bumi ini sebagai hamparan. Contohnya:
  • [Adz-Dzariyat (51): 48] Dan bumi itu Kami hamparkan (farasynaha), maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami).
  • [Al-Baqarah (2): 22] Yang menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan (firasya)…
  • [Al Hijr (15): 19] Dan Kami telah menghamparkan bumi (madadnaha) dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Juga di surat Ar-Ra’du (13):3 dan Qaf (50):7.
  • [Nuh (71): 19] Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan (bisatho).
  • [An-Naba’ (78): 6] Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? (mihada).
  • [An-Nazi’at (79): 30] Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya (dahaha).
  • [Al-Ghasyiyah (88): 20] Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (suthihat).
  • [Asy-Syams (91): 6] dan bumi serta penghamparannya (thohaha).
Terlihat bahwa Allah menggunakan beberapa kata (farasy, madad, bisath, mihad, daha, suthih, thoha) yang diartikan sebagai hamparan. Hamparan bagi kita adalah sesuatu yang datar. Jadi bentuk bumi adalah datar bukan bulat. Demikianlah argumen mereka yang mempercayai faham bumi datar (flat earth).
Benarkah kesimpulan tersebut? Tunggu dulu!
Dalam bahasa Arab, kata datar berhubungan dengan lurus atau sesuatu yang tidak bengkok, dan disebut sebagai: “sawi” atau “almustafi“. Terlihat dari berbagai kata yang digunakan untuk menjelaskan sifat bumi, Allah tidak menggunakan kata datar sama sekali.
Berbagai pilihan kata “hamparan” yang digunakan oleh Allah di berbagai ayat Al Qur’an lebih menekankan penampakan dan fungsi bumi bagi kehidupan manusia. Jelas sekali bagi kita, manusia, yang ukurannya teramat mungil dibandingkan dengan bumi yang sangat luas, bahwa muka bumi ini tampak seperti hamparan. Banyak dataran yang luas di mana sebagian kecilnya ditempati oleh gunung-gunung. Dan lebih banyak lagi lautan yang luas terhampar di depan mata kita. Dengan bentuk permukaan bumi yang demikian, maka manusia menjadi mudah menjelajahi dan tinggal di dalamnya.







Kerak bumi ibarat karpet (firasy) di atas inti bumi yang panas.
Kerak bumi ibarat karpet (firasy) di atas inti bumi yang panas.

Itulah mengapa Allah menyatakan di dalam surat Al Baqarah (2) ayat 22 yang artinya: Yang menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan (firasya)… Kata firasya juga berarti tikar atau dipan. Artinya bumi dihamparkan agar kita nyaman tinggal di atasnya.
Jika kita hubungkan dengan ilmu geologi, maka kita akan faham bahwa bumi yang kita tinggali ini sebenarnya adalah bola api yang amat besar yang dilapisi oleh kerak bumi setebal belasan kilometer. Kerak bumi ini sangat tipis – ribuan kali lebih tipis – dibandingkan dengan garis tengah bumi. Jadi, kerak bumi Allah ciptakan seolah-olah karpet yang terbentang di atas lelehan magma bumi dan melindungi kita dari panasnya. Inilah hikmah lain dari pemakaian kata “hamparan” (firasy) dalam Al Qur’an mengenai sifat bumi.
Jadi, sekali lagi, bumi sebagai hamparan bukan berarti bentuk bumi datar, melainkan penampakan muka bumi yang terhampar luas di depan manusia dan fungsinya sebagai alas bagi aktifitas manusia.

Al Qur’an Menyiratkan Bentuk Bumi adalah Bulat

Lalu, jika Allah tidak menyatakan bentuk bumi adalah datar, apakah Allah menyatakan bahwa bentuk bumi adalah bulat?
Tidak ada ayat al Qur’an yang secara tekstual secara lahiriyah menyatakan bahwa bumi diciptakan dengan bentuk bulat (sama dengan kenyataan bahwa tidak ada ayat yang secara eksplisit menyatakan bahwa bumi bentuknya datar atau flat earth). Namun ada beberapa ayat yang mengindikasikan atau menyiratkan bahwa bentuk bumi adalah bulat. Hal ini dapat dilihat dari kajian arti kata yang digunakan dalam beberapa ayat yang menerangkan fenomena alam di bumi.
Di surat Az-Zumar (39) ayat 5, Allah berfirman :
[39:5] Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq; Dia menutupkan (yukawwiru) malam atas siang dan menutupkan (yukawwiru) siang atas malam …
“Menutupkan” (yukawwiru) dalam ayat di atas secara bahasa arab mengandung pengertian “melapisi sesuatu kepada suatu benda yang bundar“, biasanya dipakai dalam istilah “melilitkan surban di kepala“. Asal katanya adalah “kurah” (كُرَة) yang berarti bola atau benda yang bulat (contohnya seperti kepala). Jadi sekali lagi secara tersirat Allah ingin memberitahukan kepada manusia bahwa bentuk bumi itu adalah bulat.

Foto bumi dan siang malam dari angkasa menunjukkan bentuk bumi bulat.

Dalam surat Ar-Rahmaan (55) ayat 33 yang berbunyi :
[55:33] Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup melintasi penjuru (aqthar) langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kewenangan (keahlian / kekuasaan).
Perhatikan bahwa Al-Qur’an menggunakan kata “aqthar” yang diterjemahkan sebagai penjuru (region). Kata “aqthar” ini sendiri dalam bahasa arab mengandung arti diameter atau garis tengah, dan dihadirkan dalam bentuk jamak. Bentuk tunggal dari “aqthar” adalah “quthr”. Suatu bangun tiga dimensi yang memiliki “banyak” diameter adalah elipsoid atau yang cenderung menyerupai itu. Elipsoid merupakan suatu bangun yang bulat menyerupai bola dengan bentuk memipih seperti telur.
Aqthar dalam pembahasan di atas memiliki kaitan dengan kata daha yang disebutkan dalam surat An-Naziat (79) ayat 30:
Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya (dahaha).
Kata Arab “Dahaha” berasal dari kata kerja “daha” yang diturunkan dari kata kerja “dahu” yang dapat berarti membentangkan, mendorong,  melemparkan, menggerakkan. Ibnu Barri mengatakan “Daha al-Ardh” berarti mendorong bumi sehingga bergerak. Juga dapat dilihat berdasarkan asal katanya “dahraj” yang berarti bergerak berputar atau berguling. Disini An-Naazi’at ayat 30 dapat diartikan “Dan sesudah itu bumi Allah gerakkan (didorong sehingga berputar)”.
Bahkan berdasarkan berbagai kamus bahasa Arab, ketika membahas mengenai “dahu” dan turunannya, walaupun memiliki banyak arti seperti membentangkan, mendorong, melemparkan dan menggerakkan, akan tetapi kata-kata kerja itu selalu berkaitan dengan benda yang bentuknya bulat, seperti telur, kerikil, dan mainan berbentuk bulat. Orang yang memiliki perut buncit, disebut perutnya mundahun. Ibu kota Qatar, Doha, juga memiliki akar kata daha yang berarti seperti bentuk payung. Juga idhiyya” atau “adhiyyah” yang diartikan dengan sarang burung onta yang dibuat dengan mengais-ngais pasir dengan kedua kakinya untuk meletakkan telur-telurnya.








Bentuk bumi bulat pepat dalam al -Qur’an. Diameter bumi lebih pendek pada kedua kutubnya dibandingkan dengan pada katulistiwa. (Catatan: Gambar di atas tidak dibuat sesuai skala, hanya untuk menunjukkan perbedaan diameter saja.)

Terlihat bahwa kata daha berhubungan dengan sesuatu yang berbentuk bulat atau sejenisnya. Seperti kebanyakan telur, bentuk telur burung unta ini tidaklah bulat sempurna seperti bola kaki. Ada sedikit lonjongnya. Ternyata para ilmuwan juga mengetahui bahwa bentuk bumi tidaklah bulat sempurna melainkan agak pipih di kedua kutubnya. Artinya, diameter bumi lebih pendek pada daerah kutub dibandingkan dengan pada daerah katulistiwa.
Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa Al Qur’an tidak menyatakan bahwa bentuk bumi adalah datar sebagaimana anggapan mereka yang mempercayai faham “Bumi Datar”. Bahkan sebaliknya, Al Qur’an menyiratkan bentuk bumi yang bulat sesuai dengan kajian ilmiah mutakhir.
Sejarah singkat dalam islam menghitung bentuk bumi
sejak jaman dahulu, ilmuwan islam di abad ke-8/9 M, sudah mengenal dan membuktikan bahwa bumi bulat. Tidak jarang para khalifah memerintahkan para ahli matematika atau astronomi muslim untuk mengukur wilayah kekuasaan mereka dengan perhitungan berdasarkan bentuk bumi yang bulat. Hasil perhitungan mereka bahkan cukup teliti sehingga tidak jauh berbeda dengan hasil perhitungan moderen. Contohnya, para astronomer di bawah Khalifah Al Ma’mun pernah mengukur keliling bumi dan menemukan besarnya adalah: 40,248 km. Angka ini cukup dekat dengan perhitungan moderen sebesar 40,068 km
NASA baru ada dalam hitungan puluhan tahun dan bukan NASA yang menyatakan bahwa bumi itu bulat pertama kalinya. 
Para ilmuwan, sejak ratusan tahun yang lalu, termasuk para ilmuwan muslim, menyimpulkan bahwa bumi bulat dari hasil kajian ayat-ayat Allah yang ada di alam semesta juga.
Bahkan dalam sejarah islam, hasil kajian para ilmuwan muslim tersebut tidak memperoleh kecaman dari para ulama di jamannya. Tidak ada yang menghujat atau menyalahkan pendapat para ilmuwan muslim yang menyatakan bahwa bumi itu bulat.
Sekarang, sayangnya, sebagian kaum muslimin, mengikuti pendapat Flat-earth society yang justru didirikan oleh kaum di luar islam. Ironis…

Semoga bermanfaat

oleh Habib bin Hilal
sumber
http://blog.al-habib.info/id/2016/09/benarkah-quran-menyatakan-bentuk-bumi-datar/
Previous
Next Post »