Ada seorang mantan murid saya menanyakan sebuah video dari youtube yang menampilkan objek di lautan, utuh saat dizoom penuh, namun hilang setelah dizoom mundur. Nah kebetulan saya berkecimpung dalam kamera digital. Jadi saya punya sedikit ilmu tentang kamera digital untuk saya bagikan kepada para sahabat pembaca.
Pada pembahasan kali ini saya akan membahas perspektif pada mata manusia dan perspektif pada kamera. Ada hal-hal yang keliru pada pendapat yang diajukan oleh pembuat video dan penganut bumi datar sehubungan dengan masalah perspektif.
Pertama mari kita bahas pembiasan pada lensa cembung. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung untuk objek yang jauh (lebih dari 2 kali jarak fokus) adalah bayangan nyata, terbalik dan diperkecil.
Rumus pembiasan pada lensa cembung dapat disederhanakan sebagai berikut;
1/S + 1/S’ =1/f
S = Jarak objek dari lensa
S’ = Jarak bayangan
f = Jarak fokus
Sedangkan rumus pembesaran pada lensa adalah
M = S’/ S
Kamera digital adalah alat untuk merekam citra objek dengan cara melewatkan cahaya yang berasal dari objek ke sebuah lensa dan diteruskan ke sensor. Sensor menangkap citra objek, prosesor kamera memproses dan menyimpannya dalam bentuk foto atau video. Sensor pada kamera bisa berupa CCD atau CMOS. Pada kamera film, sensornya berupa film seluloid yang berisi bahan kimia yang peka cahaya.
Cara kerja lensa pada mata manusia sama dengan cara kerja lensa pada kamera (sebenarnya dibalik, cara kerja kamera meniru mata). Rumus yang berlaku pada lensa mata manusia sama dengan rumus lensa pada kamera dan juga sama dengan rumus lensa pada umumnya. Sensor pada mata manusia adalah retina. Bayangan yang terjadi pada retina adalah nyata terbalik diperkecil, sama dengan bayangan pada lensa cembung, karena lensa mata adalah cembung.
Berikut ini cara kerja kamera film, kamera digital dan mata manusia.
Kamera lensa tetap (fixed lens)
Kamera dengan lensa tetap adalah kamera yang tidak memiliki zoom optik sama sekali atau hanya zoom 1x. Contoh kamera ini adalah kamera HP, CCTV, kamera mobil dsb.
Misal sebuah kamera memiliki jarak fokus lensa 4 mm. Sebuah objek berada pada jarak 1 meter dari kamera. Dengan rumus lensa cembung bisa kita hitung jarak bayangan dan pembesarannya adalah;
1/S +1/S’ = 1/f
1/1000 + 1/S’ = 1/4
1/S’ = 250/1000 – 1/1000
1/S’ = 249/1000
S’ = 4,016 mm (jarak bayangan)
M = S’/S = 4,016 / 1000 = 0,004 (Pembesaran)
Jika tinggi objek adalah 2 meter maka tinggi bayangan adalah 2000 x 0,004 = 8 mm.
Jika jarak objek kita buat dua kali lipat yaitu 2 meter, dengan rumus yang sama diperoleh jarak bayangan 4,008 mm. Pembesarannya adalah M = 0,002. Objek setinggi 2 meter akan diterima sensor kamera dengan tinggi 4 mm.
Kita coba lagi dua kalinya yaitu 4 meter, jarak bayangan yang diperoleh adalah 4,004 mm. Pembesarannya M =0,001. Objek setinggi 2 meter akan diterima sensor dengan tinggi 2 mm.
Untuk lebih mudahnya lihat tabel.
Bisa kita lihat ternyata dengan menjauhkan objek dua kali lipat maka tinggi bayangan pun akan menyusut menjadi setengahnya.
Kamera dengan Zoom Tele-Wide
Saat ini kamera digital yang berkembang di pasaran biasanya memiliki zoom tele-wide, termasuk kamera saku. Biasanya kamera saku memiliki zoom maksimal 3x sampai 7x. Untuk mengetahui berapa kali zoom pada kamera bisa dilihat pada angka yang tercantum di lensa.
Tertulis angka 14-42, itu berarti jarak fokusnya adalah 14-42 mm dan maksimal zoomnya adalah 42/14 atau 3x.
Sekarang mari kita coba untuk kamera yang memiliki jarak fokus 4 – 16 mm. Saat zoom wide yaitu jarak fokus terpendek 4mm, objek pada jarak 1 meter akan menghasilkan bayangan sejauh 4,016 mm dengan pembesaran M=0,004. Objek dengan tinggi 50 cm akan diterima sensor dengan tinggi 2 mm.
Saat kita zoom 2x alias jarak fokus 8 mm, objek pada jarak 1 meter akan menghasilkan bayangan sejauh 8,065 mm dengan pembesaran M=0,008. Objek dengan tinggi 50 cm menjadi 4 mm di sensor.
Pada zoom tele yaitu jarak fokus terjauh 16mm, objek dengan jarak 1 meter menghasilkan bayangan sejauh 16,26 mm dengan perbesaran M=0,016. Objek dengan tinggi 50 cm menjadi 8 mm yang diterima sensor.
Silakan lihat tabel agar lebih mudah memahami.
Bisa kita lihat ternyata dengan melakukan zoom 2x maka tinggi bayangan akan menjadi 2 kali lipatnya.
Dari dua jenis lensa tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa mengubah jarak objek ternyata memiliki efek yang sama dengan melakukan zoom. Misalnya kita mendekatkan objek 2x dari jarak semula maka sama dengan melakukan zoom 2x begitu juga sebaliknya menjauhkan objek 2x sama dengan menurunkan zoom setengahnya.
Perspektif
Salah satu hukum perspektif mengatakan kenampakan objek yang menjauh akan semakin mengecil sampai akhirnya masuk ke titik hilang. Ini adalah hukum yang sudah dimaklumi oleh seluruh orang di dunia. Tidak ada seorang pun yang memperdebatkannya Perspektif mata manusia terjadi karena lensa mata. Jarak yang menjauh akan menghasilkan bayangan yang mengecil pada retina. Perspektif pada kamera pun demikian.
Untuk lebih menyakinkan dan mengetahui perbandingan jarak pandang dengan kenampakan objek bisa kita simulasikan dengan menggunakan kamera digital. Di sini saya akan mensimulasikan dengan mengibaratkan ada sebuah objek di depan kamera. Kamera memotret objek pada jarak tertentu misalnya 10 meter. Lalu diulangi lagi dengan objek yang sama pada jarak 20 meter, 40 meter dan 80 meter. Hasil foto yang kita ambil tadi sebagai berikut.
Dari simulasi foto kita lihat ada pola tertentu di mana saat objek dijauhkan 2 kali dari jarak awal maka ukuran objek akan menjadi setengahnya. Ini sesuai dengan rumus pembiasan lensa dalam fisika. Mata kita juga tersusun dari lensa sehingga mata kita pun akan mengikuti pola tersebut di mana objek yang dijauhkan 2 kali dari semula ukurannya akan menyusut menjadi setengahnya.
Bila kita terus menjauhkan jarak objek dari kamera maka pada suatu titik, objek tersebut tidak akan tampak lagi di layar kamera. Titik di mana objek mulai tidak tampak disebut sebagai titik hilang perspektif. Mata manusia pun memiliki titik hilang perspektif saat memandang objek yang jauh. Titik hilang perspektif pada mata manusia dipengaruhi oleh jarak objek dari mata dan ukuran objek. Semakin besar ukuran objek semakin jauh titik hilangnya. Biasanya titik hilang perspektif pada mata manusia lebih jauh dari pada titik hilang pada kamera.
Titik hilang perspektif pada kamera selain dipengaruhi oleh jarak dan ukuran objek juga dipengaruhi oleh resolusi sensor kamera dan resolusi video atau foto yang diambil. Yang lebih menentukan adalah resolusi video atau foto karena resolusi sensor biasanya lebih besar dari pada resolusi video atau foto. Resolusi video adalah banyaknya piksel atau elemen gambar yang disusun dalam panjang di kali lebar video. Berikut contoh resolusi video saat ini;
· 4K adalah video beresolusi 2160 x 3840 piksel
· Full HD adalah video beresolusi 1920 x 1080 piksel
· HD adalah video beresolusi 1280 x 720 piksel
· VGA adalah video beresolusi 640 x 480 piksel
Titik hilang perspektif pada video bisa didefinisikan saat objek dalam video berukuran lebih kecil dari 1 piksel baik tinggi maupun lebarnya. Itupun jika objek memiliki kontras yang bagus atau bisa juga warna objek dengan lingkungannya sangat berbeda. Jika kontras kurang bagus mungkin objek yang lebih dari satu piksel pun sudah tidak akan tampak di layar.
Saya berikan sebuah contoh hasil percobaan yang saya lakukan pada sebuah kamera dengan Fnumber lensa 3.74-18.7mm 1:3.5 – 5.7 . Saya mencoba mengambil gambar dengan resolusi HD pada sebuah objek yang tingginya 2.5 meter pada jarak 10 meter tanpa zoom. Ternyata ketinggian objek menempati sepertiga layar kamera. Lalu saya buat simulasi menjauhkan objek dengan jarak 20, 80 dan 2560 meter. Ini hasil yang saya dapatkan.
Kita lihat pada gambar ternyata objek dengan ketinggian 2.5 meter hilang dari layar kamera pada jarak 2560 meter. Terlihat pada jarak tersebut ketinggian objek adalah 0.9 piksel alias layar sudah tidak mungkin lagi dapat menampilkannya. Jika ukuran video kita perkecil tentu ukuran piksel pada objek pun akan mengecil, ini mengakibatkan titik hilang akan semakin dekat. Bisa kita simpulkan semakin kecil resolusi video semakin pendek jarak titik hilang perspektif. Nah sampai sini mulai faham bukan. Kalau belum faham baca lagi dari awal, hitung-hitung nambah pengalaman.
Dari pembahasan ini kita dapatkan point penting
1. Objek yang semakin menjauhi pandangan akan semakin mengecil sampai masuk ke titik hilang secara perspektif.
2. Objek yang menjauh dua kali lipat dari jarak semula menyebabkan kenampakan objek akan menyusut menjadi setengahnya dari ukuran semula.
3. Jarak titik hilang perspektif dipengaruhi oleh ukuran objek, semakin besar objek semakin jauh titik hilangnya.
4. Pada video kamera, titik hilang perspektif juga dipengaruhi oleh ukuran video. Semakin kecil resolusi video semakin dekat jarak titik hilangnya.
Jika modal kita sudah cukup dalam pemahaman tentang perspektif seperti penjelasan di atas, mari kita mencoba membahas video tentang perspektif yang diunggah di youtube. Video tersebut dibuat oleh penganut bumi datar untuk menunjukkan bahwa ketidaknampakan objek di lautan luas bukan karena terhalang oleh lengkungan bumi tapi karena perspektif. Sepertinya pembuat video ini juga orang yang sama dengan pembuat video bumi datar.
Awalnya video itu cukup menjanjikan, dengan gagahnya menunjukkan senjatanya Kamera Nikon Coolpix P900 berkekuatan zoom optik 83 kali. Dari kata-kata pembukaannya sepertinya pembuat video hendak menunjukkan bahwa kapal yang hanya terlihat cerobongnya terjadi karena perspektif. Tentu saya harus berfikir keras bila demikian. Dalam bayangan saya ada sebuah kapal besar yang hanya terlihat cerobongnya saja, lalu dizoom dan ternyata kelihatan kapalnya secara utuh. Bila kejadiannya seperti itu tentu saya harus hati-hati mengamati video, apakah karena trik, atau apakah karena refraksi. Namun kenyataannya tidaklah demikian. Sungguh mengecewakan.
Tidak ada yang aneh, tidak ada yang seru, polos dan tanpa trik, sungguh. Sama sekali di luar dugaan. Isi video yang beresolusi 854 x 480 itu hanya membuktikan hukum perspektif yang sudah kita bahas bersama di atas. Objek yang belum terhalang lengkungan bumi dishot dimainkan zoomnya, kadang objek besar lalu mengecil, kadang sampai hilang di layar. Hilang harapan saya untuk menyaksikan pertunjukan “cerobong dizoom jadi kapal utuh”. Jadi saya tidak perlu menjawab yang sulit-sulit, singkat saja itu karena perspektif.
Ini screenshot video yang saya ambil.
Dengan gagahnya menunjukkan senjatanya, kamera berkekuatan zoom optik 83 kali. Kita lihat ada dua objek berupa kapal dan sebuah objek seperti kurucut. Kedua objek tersebut tidak terlihat sedang tenggelam, ukurannya saja yang kecil.
Setelah dizoom kedua objek terlihat jelas. Bentuknya masih mirip dengan sebelum dizoom. Jadi ini hanya membuktikan hukum perspektif.
Setelah dizoom mundur pembuat video menyatakan tidak ada lengkungan bumi walau jaraknya jauh. Mengapa lengkungan bumi tidak terlihat? Karena lebar pandangan yang belum memungkinkan. (Silakan baca artikel sebelumnya tentang teknik merasakan lengkungan bumi) Dalam video, zoom mundur dilakukan sampai objek tidak nampak lagi di layar (masuk ke titik hilang perspektif kamera).
Kita lihat objek yang kelihatannya berada di horizon. Sebenarnya ini masih lumayan jauh dari horizon. Jarak pun terkena hukum perspektif. Jarak 1 meter di depan mata akan memendek bila kita melihatnya dari jauh. Jarak objek dengan horizon yang terlihat sangat dekat pun mungkin sebenarnya masih cukup jauh.
Saya berkeyakinan dua objek itu mungkin masih bisa dilihat dengan mata langsung dari tepi pantai karena belum masuk titik hilang dari pandangan kita. Mata kita jauh lebih bagus dari pada kamera, jarak titik hilang mata kita lebih jauh dari pada jarak titik hilang kamera. Bagi yang memiliki kamera silakan dibuktikan, cari objek kecil yang jauh yang masih bisa dilihat oleh mata lalu lihatlah dengan menggunakan kamera dengan zoom penuh, setelah itu dizoom mundur sampai hilang dari layar. (Melakukan zoom pada kamera efeknya sebanding dengan mengubah jarak objek dengan kamera).
Selanjutnya video menampilkan pemandangan laut yang kosong lalu kamera dizoom dan ternyata muncul motor boat. Seperti ini gambarnya.
Gambar sebelum dizoom
Gambar sesudah dizoom
Untuk yang ini benar-benar jauh dari horizon. Benar-benar membuktikan hukum perspektif.
Fenomena kapal yang kelihatan seperti tenggelam di horizon adalah fakta. Di sekolah guru-guru kita mengajarkan, untuk membuktikan bumi bulat, kita bisa melihat saat kapal besar hendak berlabuh atau sedang menjauh. Saat hendak berlabuh kapal terlihat cerobongnya dahulu lalu lama-lama ke bawah sampai badannya seperti muncul dari bawah laut. Dan saat kapal meninggalkan pelabuhan, kapal seperti tenggelam di horizon.
Sebenarnya ada dua kejadian saat kapal hendak meninggalkan pelabuhan. Kejadian pertama, kita melihat ukuran kapal yang mengecil terjadi karena perspektif pandangan kita dan kejadian kedua, saat kapal tenggelam di horizon terjadi karena terhalang oleh lengkungan bumi. Bila bumi berbentuk datar maka kejadiannya hanya satu yaitu kapal menghilang karena ukurannya semakin mengecil bukan seperti tenggelam.
Jika kita ingin membuktikan fenomena kapal tenggelam di horizon, kita bisa mendatangi dermaga atau pantai. Carilah objek yang besar misalnya kapal pesiar atau kapal penyebrangan, (objek kecil bisa hilang secara perspektif dulu sebelum masuk horizon). Carilah tempat yang rendah agar jarak horizon semakin memendek. Bila menggunakan kamera misalnya Nikon P900 dengan kekuatan zoom 83 kali, zoomlah secara maksimal dan letakkan kamera pada ketinggian sekitar 50 cm dari permukaan laut. Jangan terlalu rendah, untuk menghindari efek pembiasan uap air laut.
Pada ketinggian tersebut jarak horizon sekitar 2524 meter. Amatilah objek tadi saat sedang menjauhi pantai. Perhatikan ukuran kenampakannya yang semakin mengecil dan saat masuk horizon kapal akan terlihat seperti tenggelam perlahan-lahan. Saya sudah membuktikan. Silakan anda membuktikan.
Sebenarnya bila tujuan pembuat video adalah mencari kebenaran tentu yang dicari adalah objek yang terlihat sedang tenggelam di horizon, bukan objek kecil yang masih utuh dilihat mata tapi sudah hilang di layar kamera. Dengan ketangguhan kamera yang dimilikinya tentu akan jelas terlihat bahwa objek yang terlihat sedang tenggelam, saat dizoom maksimal pun akan terlihat seperti sedang tenggelam. Dan ketangguhan kameranya pun lebih bermanfaat selain membuktikan hukum perspektif. Dan tentu pembuat video akan menemukan kebenaran yang sesungguhnya.
Namun bila pembuat video masih tetap berkeyakinan tidak ada lengkungan bumi, jalan yang dilakukan adalah dengan membuktikan bahwa tidak terlihatnya bagian bawah objek bukan terjadi karena terhalang lengkungan bumi tapi karena sebab lain. Penyebablah yang harus dikemukakan, bukan membantah atau mengaburkan fakta yang memang sudah banyak orang yang membuktikannya. Sepertinya pembuat video ini mau mempengaruhi penontonnya bahwa kapal yang menghilang dari pandangan terjadi hanya karena perspektif.
Mereka yang belum membuktikan sendiri mungkin akan terpengaruh dengan video tersebut. Bahwa kapal menghilang terjadi karena perspektif. Saya temukan sendiri di dunia maya ada orang yang mengatakan kapal menghilang karena mengecil. Saya sarankan bagi mereka, buktikan saja sendiri, jangan hanya katanya. Jangan berdebat bumi bulat atau datar dulu sebelum melihat fenomena kapal tenggelam di horizon.
Ikuti langkah yang saya berikan. Ingat ya! objek besar, lokasi jangan tinggi-tinggi. Silakan buktikan siapa yang melakukan kebohongan, “elit global” atau pembuat video. (Maaf keyakinan saya pada bentuk bumi bulat bukan karena “elit global”, tapi karena ilmu Fisika dan ilmu lainnya yang semuanya berasal dari Tuhan yang menuntun saya untuk berkeyakinan seperti itu.)
Ada satu lagi video yang isinya mirip dengan video pertama, hanya memainkan zoom pada beberapa objek yang belum terhalang lengkungan bumi. Namun ada satu keteledoran yang mungkin tidak disengaja. Video menampilkan objek berupa gedung yang bagian bawahnya terhalang oleh horizon disertai pertanyaan “do they look slanted?” (Apakah mereka terlihat miring?)
Setelah dizoom mundur pun tetap sama dengan ukuran semakin mengecil.
Gedung yang tidak tampak bagian bawahnya itu benar-benar terhalang oleh lengkungan bumi. Jadi tidak usah jauh-jauh membuktikan, ternyata dari video karya penganut bumi datar pun bisa membuktikan adanya lengkungan bumi.
Perspektif Matahari
Penganut bumi datar berpandangan bahwa tidak hadirnya matahari saat malam terjadi karena tidak terlihat secara perspektif. Saya tidak tahu pernyataan seperti ini bisa keluar karena dari kecerdasannya atau karena ketidakmengertiaanya atau hanya karena ikut-ikutan. Ini benar-benar sebuah kekeliruan yang fatal dalam memahami arti perspektif.
Mari kita kembali ke pantai saat senja, saat separuh matahari sedang tenggelam di horizon. Berapa derajat ketinggian matahari saat itu? Lurus dengan kaki kita bukan? Itu berarti ketinggian matahari adalah nol derajat. Berapa ketinggian matahari di model bumi datar pada saat senja ? 20 derajat bukan? Sungguh jauh berbeda. Tidakkah ini model yang sembrono? Bahkan model bumi datar yang difahami manusia zaman dulu sebelum teori geosentris lebih masuk logika (Teori geosentris buminya sudah bulat loh). Manusia zaman dulu percaya bumi datar tapi saat malam mataharinya tenggelam di bawah bumi bukan berputar-putar di atas.
Lalu lihatlah saat matahari mulai tidak terlihat. Matahari tidak terlihat karena mengecil atau karena tenggelam? Tentu saja karena tenggelam bukan? Jadi ketidakhadiran matahari saat malam itu jelas sekali bukan karena perspektif tapi karena bumi yang bulat berotasi. Mudah sekali memahaminya bukan?
Sekarang mari kita lihat ukuran kenampakan matahari pada model bumi datar. Jarak terdekat matahari adalah saat siang hari, saat matahari berada di atas kepala dengan jarak 5000 km. Saat pagi hari sekitar jam 6, jarak matahari adalah 3 kali saat siang (Silakan baca artikel sebelumnya, ketinggian matahari di bumi datar). Berdasarkan hukum perspektif ukuran matahari saat siang adalah 3 kali ukuran saat jam 6 pagi. Seperti ini ilustrasinya.
Nah sekarang lihatlah matahari saat pagi, siang dan malam, apakah ukuran kenampakannya seperti itu? Bahkan saat tengah malam pun dengan ketinggian 14 derajat dan ukurannya yang seperti itu pasti matahari akan sangat mudah dilihat dengan mata langsung oleh siapapun. Matahari yang berbentuk bulat cahayanya pun akan menyebar ke segala arah, bukan seperti pada model bumi datar dengan cahaya matahari yang seperti lampu senter (benar-benar full fatal keliru). Dan bila demikian tentunya tidak akan terjadi peristiwa malam.
Model yang sangat menghina ayat Tuhan yang menciptakan siang dan malam. Sayangnya ada hambaNya yang karena ketidakmengertiannya, begitu saja mengamininya. Semoga hamba yang demikian ada semangat lagi untuk belajar. Mempelajari ayat-ayat Tuhan baik yang diwahyukan (Qauliyah) maupun yang disematkan dalam semua ciptaanNya (Kauniyah) dan ilmu pengetahuan sebagai anugerah Tuhan.
Jadi mengapa kita mudah percaya dengan model bumi datar yang sembrono seperti itu? Apakah punya teori perspektif sendiri? Silakan diajukan. Maaf bukan merendahkan, ini hanya sebagai pembelajaran agar kita lebih bisa memahami. Agar kita lebih mensyukuri nikmat dari Tuhan berupa kecerdasan yang harus selalu kita gunakan.
Perspektif yang keliru
Saya juga menemukan web yang memahami perspektif secara keliru. Mohon maaf kepada penulis web, saya kutip dengan tujuan sebagai pembelajaran dan menunjukkan kekeliruan pemahaman tentang perspektif. Ini screenshot gambar dan keterangan pada web tersebut
Sesuai dengan hukum perspektif saat menjauh, rel dan jalan semakin menyempit, tinggi objek seperti tiang pun akan menyusut, dan semua objek juga akan semakin mengecil. Tidak ada objek yang kelihatan bagian atasnya saja atau bagian bawahnya saja, semua objek akan mengecil sampai berbentuk titik dan akhirnya menghilang.
Mengatakan kapal yang tidak terlihat bagian bawahnya karena perspektif adalah sebuah kekeliruan. Perspektif tidak akan menyebabkan bagian bawah kapal hilang dari pandangan. Kapal yang bagian bawahnya tidak terlihat pasti disebabkan oleh sesuatu yang menghalangi dan itu adalah lengkungan bumi.
Lebih jelasnya mari kita lihat asal terjadinya perspektif pandangan yaitu lensa mata. Di sekolah guru-guru kita mengajarkan sifat bayangan pada lensa adalah terbalik atau tegak, maya atau nyata, diperbesar atau diperkecil. Tidak pernah guru kita mengajarkan sifat bayangan pada lensa adalah terpotong sebagian, terlihat atasnya saja atau bawahnya saja. Berterima kasihlah pada guru-guru kita.
Dan satu lagi, ini yang paling spektakuler dari pemahaman tentang perspektif yang mungkin melandasi teori bumi datar. Ini Screenshotnya.
Menurut penganut bumi datar, anggapan matahari tidak pernah terbenam di model bumi datar adalah salah, sebenarnya matahari terbenam karena perspektif. Ini adalah kekeliruan yang amat sangat fatal. Perspektif tidak akan pernah menyebabkan matahari terlihat sebagian lalu sedikit demi sedikit tenggelam sampai akhirnya menghilang, kecuali ada yang menghalangi. Yang benar adalah matahari terbenam karena terhalang lengkungan bumi bulat yang sedang berotasi. Mari kita sama-sama belajar lagi agar memperoleh pemahaman yang lebih baik dan tidak keliru.
Jika sahabat masih ada ganjalan tentang model alam semesta yang sekarang ini silakan tanyakan saja kepada yang lebih ahli yang memang di bidangnya. Tanyakan pada orang LAPAN yang mengontrol satelit dari stasiun bumi. Satelit LAPAN buatan sendiri loh bukan beli dari elit global. Atau tanyakan observator planet yang setiap saat mencatat lintasan-lintasan planet, tanyakan “lintasan-lintasan planet menunjukkan planet berputar di atas bumi apa mengitari matahari”. Jangan menuduh mereka sebagai antek-antek elite global, mereka adalah orang cerdas yang mau menggunakan kecerdasannya. Kita juga orang cerdas yang mungkin masih malas menggunakan kecerdasan kita sendiri.
Juga sahabat jangan hanya percaya dari satu sumber misalnya video dari youtube. Carilah referensi yang lain, bertanyalah pada orang yang lebih mengerti. Penilaian saya tentang video bumi datar dari youtube itu, sangat miskin ilmu (konsep fisikanya sangat minim bahkan keliru, sama sekali tidak layak dijadikan sebagai sumber ilmu), banyak menunjukan percobaan yang tidak standar, mengaburkan fakta (misalnya rute penerbangan), melakukan klaim yang keliru (misalnya peta azimuthal equidistant), datanya tidak kredibel, dan sebagainya. Secara pribadi video itu bagi saya hanya sebagai sparing partner agar saya mau belajar lagi.
JADI MASIHKAH PERCAYA BUMI DATAR?